"It couldn't be any worse than the name of the band." Begitulah kira-kira komentar D'arcy (bas) mengenai nama album Smashing Pumpkins yang ketiga, Mellon Collie and the Infinite Sadness, yang terkenal dengan hits-hits seperti Bullet With Butterfly Wings, Tonight, Tonight, Zero, Thirty-Three, dan 1979. Mungkin hal yang sama juga akan dilontarkan oleh D'arcy mengenai Gish, album pertama Smashing Pumpkins, saat band tersebut masih merupakan band indie di bawah Caroline Records.
Nama album yang cukup ambigu ini terinspirasi dari nama seorang aktris silent film, Lillian Gish, yang ternyata memiliki kesan tersendiri bagi nenek dari Billy Corgan (vokal dan gitar). Judul-judul di dalam album yang berisikan sepuluh lagu ini juga tidak kalah ambigu, seperti Siva dan Rhinoceros, yang komposisi musiknya sangat didominasi oleh nuansa psychedelic-heavy rock, suatu nuansa yang sudah sulit untuk ditemukan pada album-album terakhir Smashing Pumpkins.
"Appetizer" album ini adalah I Am One, sebuah lagu beraliran heavy-rock yang memang cocok dijadikan sebagai lagu pembuka karena diawali dengan pukulan drum Jimmy Chamberlin (seorang drummer berbasis jazz), yang penuh antusiasme, lalu diikuti oleh dentuman bas D'arcy yang menyerupai ritme permainan gitar James Iha, dan aksi solo gitar berimprovisasi tinggi dari Corgan. Hal yang serupa juga ditemui pada lagu-lagu seperti Bury Me dan Tristessa, yang (menurut saya) merupakan sisi-sisi "gembira" dari album yang sifatnya "gelap" ini.
Menurut Corgan, album ini bersifat personal, dan hal tersebut tercermin pada lagu Suffer, yang nuansa psychedelic-nya kental sekali, lengkap dengan suara alat musik tiup yang menyerupai suara uilleann pipe, dan lirik yang merepresentasikan suatu bentuk meditasi dan refleksi diri: To cleanse your life takes more than time/Take what you want/Take all of it. Dan menurutnya juga, album ini sebenarnya adalah semacam album instrumental dengan karakteristik musik yang kuat, sehingga Corgan (yang memang merupakan penulis lagu dari sebagian besar lagu di album ini) sebenarnya menemukan kendala dalam mengekspresikan isi hati dan pikirannya dalam rupa kata-kata.
Mungkin karena itu, kebanyakan dari judul dan lirik dari lagu-lagu di album Gish ini bersifat ambigu. Walaupun begitu, terdapat juga lagu-lagu yang judul dan liriknya dapat merepresentasikan isi lagunya dengan lugas, seperti Crush yang mendeskripsikan dengan rinci bagaimana rasanya jatuh cinta (You wrap your arms around/A feeling that surrounds/Like liquid peppermint), dan lagu terakhir dalam album ini, Daydream, yang merupakan sebuah lagu unplugged (dengan aransemen biola dan cello yang sederhana) dimana D'arcy ditampilkan sebagai lead vocals-nya.
Secara keseluruhan, album yang diproduseri oleh Butch Vig (drummer Garbage yang pernah memproduseri album kedua Smashing Pumpkins, Siamese Dream, dan Nevermind milik Nirvana) dan Corgan sendiri ini cukup bertentangan dengan music scene pada tahun 1990-an awal, yang diwarnai dengan band-band beraliran grunge yang mempunyai nama seperti Nirvana dan Pearl Jam. Berbeda dengan mainstream pada saat itu, Smashing Pumpkins lebih sering membuat lagu yang berdurasi lima menit atau lebih, dengan improvisasi solo gitar yang cukup rumit. Album ini sangat direkomendasikan bagi mereka yang menikmati lagu-lagu dengan komposisi musik yang profesional dan permainan gitar yang dominan, dan juga bagi mereka merindukan suasana musik pada awal tahun 1990-an. This is the album where Corgan hasn't "lost" all his hair yet. Enjoy
- Rukita Widodo

0 comments on "Gish"
Post a Comment