Friday, March 13, 2009

An Earphonic Pedestrian Diary (1)



Note: disarankan sambil mendengarkan cayman island (KoC), machinehead (Bush) dan Hoppipolla (Sigur Ros) agar efek lebih terasa :P
Sebagai manusia tuhan yang menggemari musik itu biasa. Tapi sebagai manusia tuhan yang menggemari musik dan juga seorang pejalan kaki sejati, ini soal lain. Saia melakukan apa saja untuk membuat perjalanan saia lebih berjalan. Salah satunya dengan mengenakan earphone dan memutar kompilasi lagu-lagu kegemaran saia. Cukuplah Ipod jejadian 1GB menemani dinamika mulai dari keluar rumah, menunggu angkot –metromini- bis, lalu ber-adrenalin di dalamnya hingga (hampir tidak) selamat sampai tujuan.
Beruntunglah kaum yang tekun mengasah kemampuan apresiasi musikalitas hingga bisa sampai melukis mahakarya di udara tipis untuk tiap mahakarya yang disusupi ke telinga, melewati jalinan simpul halus terus menanjak ke benak. Kala keluar rumah, di sekeliling yang dilewati, disinggahi, diamati, adalah momen khusus plus ketika earphone masih membahana di telinga. Too risky? hey, going outside is a dangerous business, let alone music.
Saia bisa genit menjodohkan salah satu track dengan pojok tertentu yang biasa saia lewati, singgahi, amati. Misalnya, saia suka sekali memutar dan memutar lagi cayman island dari riot on an empty street saat menanti di halte sia-sia, depan jalan sepi sepotong sedikit lembab bertabur gerimis, 30 menit setelah subuh pada hari pertama masuk kerja. Serasa lesat kendaran-kendaraan yang lalu lalang, berdansa anggun dengan lamat-lamat laju benak saia yang lagi dimanja sesal rasa karena pernah mengisap rakus manis tapi pura-pura melupakan, tak merasa mengenal ampasnya yang pahit. Egois.
Sebut saja pembalap kelas dunia yang hanya jadi penakluk di sirkuit sempit jajahannya saja. Tak ada yang bisa menandingi semangat hidup para penentu hidup kita, kita yang menumpang saat itu dalam kumuh tumpangannya. Mau lebih hidup lagi? Gerus saja machinehead para pria perguruan shaolin yang nekat menyimpang tradisi dengan belajar kungfu partai pengemis, mengeluarkan debut 16 stones nya. British grunge? Come on. Anyways, metrominiways, so … yeah .. lagu tersebut cukup mewakili keputus-nyambung –putus-nyambungan degup ketegangan saia. Ekspresi yang terbangun saat sang supir slonong boy main sruduk berjudi momen dengan kendaran lain dari arah berlawanan. Atau berebut posisi dengan sesama rider sekadar olahraga pelipur lara setoran yang sepi. Atau juga memang sedang memberi terapi kejut buat anak baru yang seenaknya mengambil sewa. Maka kalau tidak memutuskan turun karena sudah separuh perjalanan, mari bersama berdoa; “breath in , breath out. Tied to a wheel fingers got to feel. I spin on a whim, I slid to the right …”
Pernah menyaksikan rombongan orang-orang keluar kantor senja menjelang magrib? Karyawan adalah derap lesu prajurit pulang panggul beban jatah senjata. Slave to the wage. Makin iri dengan yang bisa mandiri berdiri berlapang usaha sendiri. Ini menarik, waktu saia rela jadi penumpang bebek kawan yang dikanibal, kami tercekat macet di tengah salah satu jalan utama ibukota. Jadi bisa mengamati yang di seberang, di kanan-kiri, di depan -belakang, di atas flyover; tak kalah tak sabarnya dengan kami. Ingin cepat sampai, la hai. Hoppipolla time! Sigur Ros adalah saudara sehati yang merangsang saia tanpa ragu melompat ke puddle….
Jadi masih dengan earphone di telinga membahana, setelah ucap terimakasih, saia tinggalkan sang kawan yang masih terjebak. Teruskan perjalanan pulang, jalan kaki meniti pinggir, diselingi lompat, sesekali berdansa berputar. Hey, sebelum ariel dan dian jalan nari di vid clip, saia sudah lebih dulu memopulerkannya. Peduli setan dengan belasan mata dari dalam kaca mobil, dari balik helm. Sumpah demi gitar pertama saia! hari itu saia serasa riuh Islandic yang menatap horizon merah membentang luncuran bidadari-bidadari montok dari ranah mitologi menjulurkan tangan-tangan halusnya. Di belakang mengekor-mengular penumpang-penumpang lainnya. Ya, hidup ada di tangan kita, untuk sementara. Macam peniup suling pemikat saja semangat saia… semangat menuntun pulang .. pulang istirahat .. istirahat sejenak… untuk esok dihela lagi …
Kostrad, 130308 2:28
- Arkia Widya, Streetcar79@yahoo.com



Tweet This

0 comments on "An Earphonic Pedestrian Diary (1)"

Post a Comment