Thursday, November 10, 2011

Guruh Gipsy, Legenda Idealisme Musik Indonesia



Saya yakin tidak banyak orang yang kenal dengan nama Guruh Gipsy. Saya sendiri adalah salah satu orang yang beruntung karena ayah saya dulu merupakan salah satu orang yang berbagian dalam pembuatan album mereka, sehingga saya mendengar cerita mengenai band ini dari Ayah. Artikel ini saya tulis sebagian besar dari cerita ayah saya dan berbagai sumber yang kompeten.

Pada masanya, nama Guruh Gipsy tidak seterkenal God Bless, Panbers, atau Koes Plus. Band beraliran progressive rock ini dibentuk oleh Guruh Sukarno Putra dengan anggota dirinya sendiri sebagai penulis lirik dan pemain gamelan, Keenan Nasution sebagai penabuh drum dan vokalis, Odink Nasution pada gitar, Abadi Soesman pada synthetizer, Roni Harahap sebagai pianis, serta (alm.) Chrismansyah Rahadi atau yang lebih kita kenal dengan nama Chrisye sebagai bassist sekaligus vokalis.


Kesepakatan dalam Kepekatan

Bukan hal yang aneh jikalau nama Guruh Gipsy tidak dikenal banyak orang. Mereka hanya memproduksi satu buah album yang diberi judul ‘Kesepakatan dalam Kepekatan’, dirilis pada awal 1977 dalam format kaset. Menurut Guruh, pengerjaan album yang berisi 7 buah lagu dengan nuansa etnik Bali yang kental ini memakan waktu 16 bulan.

Pada saat itu, pada umumnya kaset-kaset dijual dengan harga Rp 600,- sampai Rp 700,- per kepingnya, sementara ‘Kesepakatan dalam Kepekatan’ berharga Rp 1750,- , sangat mahal untuk harga sekeping kaset. Ditambah lagi dengan lagu-lagu yang mereka sajikan dalam kaset tersebut bukanlah lagu-lagu pop yang easy listening seperti lagu-lagu pada umunya di masa itu. Kedua hal tersebut membuat album mereka tidak laku di pasaran.

Namun Guruh memang membuat album ini untuk mencari keuntungan. Ia membuat album ini atas kerinduan hatinya mendidik para pemuda Indonesia untuk mengenal kekayaan budaya dan musik di Indonesia. Hal ini ditekankan Guruh dalam penggalan kalimat pengantar yang dimuat dalam booklet yang terlampir bersama kaset tersebut. Begini katanya,

Boleh jadi lagu-lagu tersebut agak berat dicernakan oleh umum. Lalu apa sesungguhnya yang terkandung dalam hati-sanubari kami? Terutama sekali, kami ingin menghasilkan suatu karya sebaik mungkin yang dapat mengajak para pemuda-pemudi kita untuk lebih memperhatikan kesenian dalam negeri. Untuk itu kami tetap teguh pada keyakinan kami dan sengaja melupakan beberapa seg komersiil. Musik ciptaan itulah yang kami harap perlu dikaji”.

Maka jika Anda mendengarkan album mereka, ‘perjalanan’ Anda akan dimulai dengan lagu berjudul ‘Indonesia Mahardhikka’. Lagu dengan durasi 15 menit ini sangat mindblowing dan unik, sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Selama 15 menit tersebut, Anda akan mengalami atmosfer yang berubah-ubah dari bagian ke bagian lainnya.

Setelah ‘Indonesia Mahadhikka’, ada lagu ‘Chopin Larung’ yang liriknya ditulis dalam bahasa Bali, menyiratkan keprihatinan pribadi Guruh akan dampak buruk dari pariwisata di Bali. Ia berpesan agar masyarakat selalu waspada, tidak meninggalkan seni budaya, serta tidak melupakan Tuhan. Pesan senada juga disampaikan di lagu ‘Janger 1897 Saka’ dan ‘Geger Gelgel’.

Album ini juga memuat sebuah lagu romantis berirama melankolis yang berjudul ‘Smaradhana’, dinyanyikan oleh Chrisye. ‘Smaradhana’ adalah satu-satunya lagu yang bertema percintaan dalam album ini.

Harta Karun

Setelah namanya sempat hilang ditelan waktu, album ‘Kesepakatan dalam Kepekatan’ kembali diburu para kolektor musik belakangan ini. Hal ini bisa jadi dipicu karena sepenggal pembahasan mengenai Guruh Gipsy dalam film garapan Miles Production, Garasi (2006).

Namun karena pada masanya sangat sedikit yang berminat akan album ini, produksi album ini sangat terbatas sehingga sulit sekali untuk memperolehnya di Indonesia. Pada tahun 2006, Shadoks Music Germany membuat reproduksi dari album ini tanpa seizin Guruh maupun anggota Guruh Gipsy lainnya. Shadoks Music menjualnya dalam format LP (vinyl record) dan jumlahnya hanya 450 buah dengan nomor seri di tiap kepingnya.

Di Indonesia, setelah namanya disebutkan dalam film Garasi, kaset ‘Kesepakatan dalam Kepekatan’ menjadi barang yang sangat diburu oleh para kolektor musik, seperti yang sudah saya tulis sebelumnya. Menurut ayah saya, berita terakhir yang beliau dengar adalah bahwa kaset tersebut dijual dengan harga Rp 400.000,- per kepingnya, harga yang sangat mahal untuk sebuah kaset.

Idealisme vs Komersialisme

Fakta bahwa album ‘Kesepakatan dalam Kepekatan’ justru dibajak oleh negara lain dan sulitnya memperoleh album itu sekarang di sini menurut saya adalah suatu ironi. Ironis, karena justru bangsa lain yang menghargai album tersebut sementara masih banyak orang Indonesia yang tidak tahu akan album ini padahal tujuan dibuatnya album ini adalah untuk mendidik agar masyarakat Indonesia bisa lebih menghargai dan menjaga warisan seni budaya negaranya.

Ironis juga karena sekarang ini mayoritas musisi Indonesia cenderung menjual ke-musisi-annya demi mendapatkan keuntungan besar. Mereka memproduksi lagu-lagu yang sangat easy listening yang jelas lebih mudah dicerna dan digemari oleh segala lapisan masyarakat dengan melodi serta lirik yang catchy namun mengabaikan nilai-nilai edukatif dalam musiknya.

Saya harap di masa mendatang akan ada musisi-musisi dengan idealisme semacam Guruh Gipsy, yang memiliki kerinduan untuk memajukan dan mendidik pendengarnya untuk menghargai dan menjaga kebudayaan Indonesia yang sesungguhnya amat sangat kaya.

Trivia:

Pada pembuatan album ‘Kesepakatan dalam Kepekatan’ inilah (alm.) Chrisye untuk pertama kalinya bernyanyi. Setelah itu ia membuat album dengan judul ‘Jurang Pemisah’ yang dirilis juga pada tahun 1977.


Vania Chandra Kirana, akhir Oktober 2011



Tweet This

3 comments on "Guruh Gipsy, Legenda Idealisme Musik Indonesia"

Dastel on November 17, 2011 at 12:03 AM said...

dimana sih bisa saya dengar musiknya?

Kumpulan artikel ilmiah

Unknown on November 21, 2011 at 12:46 AM said...

beberapa lagu mereka di-post ke YouTube. bisa dicari disana :)

Unknown on January 14, 2017 at 7:18 AM said...

mantabbb. alhamdulillah udah dapet 1 biji lungsuran dari bapak saya.

Post a Comment